Smarter cucumilk
Rabu, 11 Desember 2013
Senin, 13 Mei 2013
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
2.1 Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Nasional
Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia ini.
Pentingnya peranan bahasa Indonesia itu, sebagaimana yang telah diuraikan pada
subunit 1, antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.” Selain itu,ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara pada tanggal 18Agustus 1945, dinyatakan dalam UUD 1945 bab XV pasal 36.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (Depdikbud, 1998) dinyatakan bahwa masih ada beberapa alasan lain
(selain yang telah dikemukakan di atas)mengapa bahasa Indonesia menduduki
tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang
masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu.
Pertama, jumlah penuturnya. Jumlah
penutur bahasa Indonesia mungkin tidak sebanyak bahasa Jawa atau Sunda, tetapi
jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawan yang menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka kedudukannya dalam
jumlah penutur berbagai bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama. Lagi
pula, jumlah penutur asli bahasa Indonesia lambat laun pasti akan bertambah.
Kedua, luas penyebarannya. Bahasa
Indonesia jelas tidak ada yang menandingi penyebarannya di Indonesia. Sebagai
bahasa setempat, bahasa Indonesia dipakai orang di daerah pantai timur
Sumatera, daerah pantai Kalimantan. Jenis kreol bahasa Melayu-Indonesia
didapati di Jakarta dan sekitarnya. Sebagai bahasa kedua, tersebar dari Sabang
sampai Merauke atau dari ujung barat sampai ke timur; dari pucuk utara sampai
ke batas selatan negeri kita. Sebagai bahasa asing, bahasa Indonesia dipelajari
dan dipakai diantara kalangan terbatas di beberapa negara misalnya di
Australia, Filipina, Jepang, Korea, Rusia, India dan sebagainya.
Ketiga, peranannya sebagai sarana
ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap bernilai. Patokan yang
ketiga ini mengingatkan kita akan seni kesusastraan yang mengagumkan yang
dihasilkan dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Minangkabau, misalnya. Akan
tetapi, di samping susastra Indonesia modern yang dikembangkan oleh sastrawan
yang beraneka ragam latar bahasanya, bahasa Indonesia pada masa kini berperan
juga sebagai sarana utama, di luar bahasa asing, di bidang ilmu, teknologi, dan
peradaban modern bagi manusia Indonesia.
Untuk itulah, sudah sangat wajar
jika bahasa Indonesia salah satu kedudukannya adalah sebagai bahasa nasional.
Kedudukan sebagai bahasa nasional ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah
Pemuda pada tanggal 28Oktober 1928.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
Sebagai
lambang kebanggaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya
yang mendasari rasa kebangsaan kita. Melalui bahasa nasionalnya, bangsa
Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan
hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia perlu kita pelihara dan kita
kembangkan pemakaiannya.
2. Lambang identitas nasional
Sebagai
lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera
dan negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah
harus memiliki identitasnya sendiri pula, sehingga ia serasi dengan lambang
kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri
hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian
rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing.
3. Alat pemersatu berbagai suku bangsa
Sebagai alat yang memungkinkan penyatuan
berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang
berbeda-beda ke dalam satu kesatuan yang bulat, bahasa Indonesia memungkinkan
berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang
bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada
nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.
Bahkan, dengan bahasa nasional, kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh
di atas kepentingan daerah atau golongan.
4. Alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya
Sebagai
alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Berkat adanya bahasa nasional,
kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman
sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa dapat
dihindari. Dengan demikian, fungsi keempat ini, latar belakang sosial budaya
dan latar belakang kebahasaan yang berbeda-beda tidak akan menghambat adanya
perhubungan antar daerah dan antar budaya (Suhendar dan Supinah, 1997).
2.2 Kedudukan
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36,
telah ditetakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Dengan demikian, selain
berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan
sebagai bahasa negara.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:
1. Bahasa resmi kenegaraan
Dalam
kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam administrasi
kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam
bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat.
Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan
oleh pemeritah dan badan-badan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di
dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama
pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Demikian
halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya
dengan upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.
Suhendar
dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan
sebaik-baiknya, pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi
pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan bahasa
Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam
pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik
sipil maupun militer, dan pemberian tugas khusus baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan
Sebagai
bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan
baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi. Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa
pengantar di segala jenis dan tingkat pendidikan diseluruh Indonesia, menurut
Suhendar dan Supinah (1997), masih merupakan masalah yang meminta perhatian.
3. Bahasa resmi untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah
Dalam
hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai
alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau
antarsuku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang
keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi
Dalam
kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita
membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia
memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku
atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian masyarakat
bangsa kita tidak tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa asing di dalam
usahanya untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
serta untuk ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terkait dengan hal itu, Suhendar dan Supinah (1997) mengemukakan bahwa bahasa
Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki
ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Kedudukan bahasa adalah status
relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar
nilai sosial yang dihubungkan bahasa yang bersangkutan. Perumusan kedudukan
bahasa Indonesia diperlukan oleh karena perumusan itu memungkinkan kita
mengadakan pembedaan antara kedudukan bahasa indonesia pada satu pihak dan
kedudukan bahasa-bahasa lain, baik bahsa daerah yang hidup sebagai unsur
kebudayaan kita maupun bahasa-bahasa asing yang dipakai di Indonesia. Jika di
tinjau dari segi jumlah penuturnya luas penyebarannya , perananya sebagai
sarana ilmu , susastra dan ungkapan budaya lain yang dianggap bernilai maka
bahasa Indonrsia tidak tertandingi oleh bahasa daerah yang lain. Untuk itulah,
wajar jika bahasa Indonesia salah satu kedudukannya adalah sebagai bahasa
nasional. Kedudukan sebagai bahasa nasional ini dimiliki sejak dicetuskannya
sumpah pemuda. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai :
1.
Lambang
kebanggaan kebangsaan
2.
Lambang
identitas nasional
3.
Alat
memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya
dan bahasanya.
4.
Alat
perhubungan antar daerah dan budaya
Dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara , bahasa Indonesian berfungsi sebagai :
1.
Bahasa
resmi kenegaraan
2.
Bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan
3.
Bahasa
resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah
4.
Alat
pengembangan kebudayaan , ilmu pengetahuan dan teknologi.
klasifikasi hewan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hewan (animalia) adalah kelompok besar organisme yang umumnya multiseluler, mampu menanggapi rangsangan dengan aktif, dan memperoleh nutrien dengan memakan organisme lain (heterotrof). Tubuh hewan mengalami perkembangan dalam bentuk embrio, beberapa yang lain mengalami metamorfosis di tahap kehidupan mereka yang selanjutnya.
Hewan dari spesies yang sama memiliki ciri yang sama. Sebaliknya, ciri suatu spesies dengan spesies yang lainnya berbeda. Jadi, di dalam spesies yang sma terdapat keseragaman ciri makhluk hidup, sedangkan antar spesies yang berbeda terdapat keanekaragaman. Keanekaragaman itu meliputi variasi bentuk ukuran, warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar pengelompokan hewan?
2. Bagaimana ciri-ciri hewan?
3. Filum apa saja yang termasuk ke dalam avetebrata?
4. Kelas apa saja yang termasuk ke dalam vetebrata?
5. Bagaimana cara hewan tersebut bereproduksi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar pengelompokan hewan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri hewan.
3. Untuk mengetahui filum apa saja yang termasuk dalam avetebrata.
4. Untuk mengetahui kelas apa saja yang termasuk ke dalam vetebrata.
5. Untuk mengetahui cara hewan bereproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
Kingdom animalia meliputi organisme mulai dari filum Porifera sampai dengan filum Chordata yang secara garis besar dikelompokkan menjadi hewan Vertebrata dan Avetebrata atau Invertebrata.
A. Avertebrata atau Invertebrata
Kelompok hewan ini dibagi menjadi beberapa filum yaitu porifera, cnidaria, ctenophora, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Echinodermata, dan Chordata.
1. Porifera
Porifera berasal dari kata porus yang artinya pori dan fer yang artinya membawa. Porifera adalah sebuah filum untuk hewan multiseluler yang paling sederhana.
a. Ciri-ciri morfologinya antara lain:
1) tubuhnya berpori (ostium)
2) multiseluler
3) tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial
4) berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
5) warnanya bervariasi
6) tidak berpindah tempat (sesil)
b. Ciri-ciri anatominya antara lain:
1) memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
2) pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan. Habitat porifera umumnya di laut.
c. Ukuran dan bentuk
Ukuran porifera sangat beragam. Beberapa jenis porifera ada yang berukuran sebesar butiran beras, sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki tinggi dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada umumnya asimetris atau tidak beraturan meskipun ada yang simetrisradial. Bentuknya ada yang seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan. Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil atau pori(ostium). Warna tubuh bervariasi, ada yang berwarna pucat, dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning bahkan ungu. Contoh dari Porifera adalah kelas Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongia. Berikut perbedaannya:
Perbedaan
|
Calcarea
|
Hexactinellida
|
Demospongia
|
Penyusun kerangka tubuh
|
Spikula seperti duri-duri kecil dari Kalsium Karbonat.
|
Spikula yang mengandung silikat atau kersik (SiO2). Ujung spikula berjumlah 6.
|
Serabut spongin atau campuran spongin dan zat kersik.
|
Ukuran tubuh
|
Tinggi kurang dari 10 cm.
|
Tinggi rata-rata 10-30 cm.
|
Tinggi dan diameter mencapai lebih dari 1 m.
|
Warna
|
Pucat
|
Pucat
|
Cerah, mengandung pigmen pada amoebosit yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari sinar matahari.
|
Bentuk tubuh
|
Seperti vas bunga, kendi, dompet, atau silinder.
|
Seperti vas bunga atau mangkuk.
|
Tidak beraturan dan bercabang.
|
Tipe saluran air
|
Askon
|
Tipe sikonoid
|
Tipe leukonoid
|
Habitat
|
Laut dangkal
|
Kedalaman laut 200 - 1.000 m.
|
Laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.
|
d. Reproduksi
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemula. Gemula disebut juga tunas internal. Gemula dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual dengan cara peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh porifera.
2. Cnidaria
a. Reproduksi Cnidaria
1) Reproduksi aseksual dengan jalan membentuk kuncup. Kuncup tumbuh di dekat kaki, semakin lama semakin besar dan membentuk tentakel. Tubuh anak hewan ini akan tetap melekat pada induknya, hingga induk itu membentuk kuncup yang lain, sehingga lama-kelamaan membentuk koloni.
2) Reproduksi seksual dil;akukan dengan peleburan antara inti sperma dengan inti ovum. Jika sperma bertemu ovum, terjadilah fertilisasi atau pembuahan dan meghasilkan zigot. Mula-mula sel zigot tetap berada di dalam ovarium dan tumbuh menjadi larva. Larva tersebut berenang meninggalkan induknya dan tumbuh membentuk individu baru.
b. Klasifikasi Cnidaria:
1) Hydrozoa
Hydrozoa berasal dari kata hydra, artinya hewan yang bentuknya seperti ular. Umumnya hidup soliter atau berkoloni. Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang berkoloni dengan bentuk polip dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra dan Obellia.
a) Hydra
Bentuk tubuh Hydra seperti polip, hidup di air tawar. Ukuran tubuh Hydra antara 10 mm – 30 mm. Makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea rendah. Bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki, gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak. Pada ujung yang berlawanan terdapat mulut yang dikelilingi oleh hypostome dan di sekelilingnya terdapat 6 – 10 buah tentakel. Tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan. Selanjutnya makanan dicernakan di dalam rongga gastrovaskuler.
b) Obelia
Hidup di air laut secara koloni. Sebagian besar waktu hidupnya sebagai koloni polip. Bagian polip yang berfungsi dalam hal makan disebut hidrant, sedang fase seksual (medusa) disebut gonangium.
2) Scyphozoa
Berasal dari kata scyphos yang artinya mangkok. Memiliki bentuk dominan medusa. Polip bagian atas akan membentuk medusa lalu lepas melayang di air. Medusa akan melakukan kawin dan membentuk planula sebagai calon polip. Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Scyphozoa juga mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Aurellia memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina.
Berasal dari kata scyphos yang artinya mangkok. Memiliki bentuk dominan medusa. Polip bagian atas akan membentuk medusa lalu lepas melayang di air. Medusa akan melakukan kawin dan membentuk planula sebagai calon polip. Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Scyphozoa juga mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Aurellia memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina.
Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut skifistoma. Skifistoma kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga Aurellia tampak seperti tumpukan piring dan disebut strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi medusa muda disebut Efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
Contoh : Aurelia aurita (ubur-ubur).
Contoh : Aurelia aurita (ubur-ubur).
3) Anthozoa
Berasal dari kata anthos yang artinya bunga. Hidup di laut bentuk polip, tidak punya fase medusa. Polip bereproduksi secara aseksual dengan tunas, pembelahan dan fragmentasi. Reproduksi seksual dengan fertilisasi yang menghasilkan zigot lalu menjadi planula.
Berasal dari kata anthos yang artinya bunga. Hidup di laut bentuk polip, tidak punya fase medusa. Polip bereproduksi secara aseksual dengan tunas, pembelahan dan fragmentasi. Reproduksi seksual dengan fertilisasi yang menghasilkan zigot lalu menjadi planula.
Kelas Anthozoa meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan karang laut. Contoh :
a) Anemon laut : Metridium marginatum, Utricina crasicaris.
b) Karang laut : Astrangia denae, Tubiphora musica
3. Ctenophora
a. Klasifikasi Ctenophora
Semua hewan yang tergolong Ctenophora hidup di laut. Ctenophora memiliki bentuk tubuh yang bulat, lonjong, lunak dan simetris radial. Salah satu keunikan Ctenophora adalah mampu mengeluarkan cahaya dari tubuhnya sendiri.. Bagian permukaan luar Ctenophora mempunyai delapan baris sisir yang disebut dengan cilia yang dapat digunakan sebagai alat gerak. Oleh karena itu, hewan ini dikenal sebagai ubur-ubur sisir karena secara vertikal tubuhnya terbagi oleh 8 helai cilia yang tampak seperti deretan sisir. Ctenophora memiliki mulut untuk masuknya makanan serta dua lubang anus untuk mengeluarkan air dan kotoran di ujung yang lain.
Ctenophora adalah hewan diplobastik yaitu hanya mempunyai dua lapisan badan yang terdiri dari dua lapisan sel transparan yang hanya menyusun kulit terluarnya (ektoderm) dan kulit bagian dalam (gastroderm). Dinding tubuh Ctenophora dapat dibedakan menjadi mesoderma dan endoderma.
b. Reproduksi Ctenophora
Hampir semua spesies Ctenophora adalah hermafrodit atau memiliki alat kelamin ganda. Reproduksi Ctenophora dilakukan secara seksual. Meskipun ada beberapa spesies yang melakukan reproduksi secara aseksual dengan cara fragmentasi. Alat reproduksi Ctenophora terletak di bawah cilia. Sel ovum dan sperma dilepaskan melalui pori – pori yang ada di epidermis. Sebagian besar spesies Cnetophoa melakukan pembuahan secara eksternal atau diluar tubuh Cnetophora, meskipun ada beberapa spesies yang melakukannya secara internal.
4. Platyhelmintes
adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan). Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.
Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembap (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita. Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.
a. Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit. .
b. Klasifikasi Plathyhelmintes
Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan Cestoda (cacing pita):
1) Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
2) Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma.
3) Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T. saginata. Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.
c. Siklus Hidup
1) Fasciola Hepatica
Telur (bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis atau lymnea javanica) -> sporosista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) -> dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai dewasa
2) Chlornosis sinensis
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai dewasa
3) Schistosoma javanicum
Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia -> pembuluh darah vena
4) Taenia saginata / Taenia Solium
Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di manusia -> keluar bersama feces.
5. Nematoda
Nematoda berasal dari kata nema yang berarti benang dan ode yang berarti seperti. Tubuh nematoda berbentuk gilik, tidak beruas-ruas, pada bagian depan terdapat mulut, dilanjutkan ke alat pencernaan makanan, dan diakhiri dengan anus. Ukuran tubuhnya kecil, banyak yang mikroskopik, namun beberapa ukuran besar. Kulitnya halus, licin, dilapisi oleh selapis kutikula. Cacing ini tergolong triploblastik pseudoselomata yang artinya tubuh tersusun atas tiga lapisan, rongga tubuhnya semu atau palsu.
a. Klasifikasi Nematoda
1) Ascaris lumbricoides (cacing usus)
Cacing ini sering disebut cacing usus atau cacing gelang. Panjangnya mencapai 20cm. Kedua ujungnya meruncing, warnanya merah muda. Hidupnya di dalam usus halus manusia. Kadang-kadang cacing ini terbawa kotoran melalui anus.
Daur hidup:
Usus manusia -> cacing -> telur cacing -> keluar bersama feses -> tersebar -> menempel pada makanan -> termakan -> menetas -> larva -> menembus usus -> aliran darah -> jantung -> paru-paru -> kerongkongan -> tertelan -> usus manusia ->cacing dewasa.
2) Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Ancylostoma duodenale hidup di dalam usus manusia. Cacing ini memiliki kait untuk mencengkeramkan diri di usus dan mengisap darah penderita. Telur yang dihasilkan mencapai 9000 butir perhari dan ikut keluar bersama feses penderita. Cacing ini dapat menginfeksi penderita melalui kulit kaki. Ancylostoma duodenale merupakan cacing tambang yang hidup di afrika dan Necator americanus merupakan cacing tambang yang hidup di Amerika.
Daur hidup:
Usus manusia -> cacing -> telur -> keluar bersama feses -> tempat becek -> menetas -> larva -> hidup lama -> menempel pada kaki manusia -> menembus kaki -> aliran darah -> jantung -> paru-paru -> kerongkongan -> tertelan -> usus manusia -> cacing dewasa.
3) Enterobilus vermicularis (cacing kremi)
Cacing ini merupakan cacing yang sering menyebabkan rasa gatal pada daerah dubur, terutama pada anak-anak. Cacing betina bertelur di dekat dubur. Saat bertelur, cacing mengeluarkan zat yang dapat menyebabkan rasa gatal. Penderita akan menggaruknya. Bersamaan dengan itu, telur cacing akan menempel di jari. Jika penderita memegang makanan kemudian memakannya, telur cacing ikut tertelan. Di usus, telur akan menetas dan tumbuh menjadi dewasa. Jadi, cacing ini mengulangi daur hidupnya melalui autoinfeksi.
4) Trichinella spiralis
Cacing ini hidup di usus manusia dan karnivor lainnya. Cacing betina dewasa menghasilkan larva yang bergerak menembus usus menuju ke sistem aliran darah. Cacing terbawa darah menuju ke otot. Larva membentuk sista di dalam otot dan tetap infektif hingga beberapa tahun. Penyakit yang disebabkan cacing ini disebut trichinosis.
5) Wuchereria bancrofti (cacing filaria)
Bentuknya gilik memanjang. Hidupnya di dalam pembuluh getah bening atau pembuluh limfa di kaki. Oleh karena itu cacing ini dapat menyumbat pembuluh darah limfa, sehingga kaki menjadi bengkak dan membesar. Penyakit ini dikenal sebagai kaki gajah.
b. Reproduksi Nematoda
Cacing ini memiliki kelamin terpisah. Reproduksi secara seksual, yaitu peleburan antara ovum dan sperma.
6. Annelida
Annelida berasal dar kata annulus yang artinya cincin. Cacing ini tubuhnya berbentuk gilik, memanjang, tersusun atas ruas-ruas atau segmen. Pada setiap segmen terdapat alat-alat tubuh, misalnya alat pengeluaran, alat reproduksi, dan serabut saraf. Segmen yang sama disebut metameri. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Tempat hidup cacing ini di darat, air tawar, dan di laut. Annelida memiliki sistem saraf tangga tali dan sistem pembuluh darah tertutup. Kebanyakan cacing ini bersifat hemafrodit.
Annelida dibagi menjadi tiga kelas:
1) Kelas Polychaeta
Polychaeta artinya berambut banyak. Hampir semua spesiesnya hidup di laut. Badannya beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai parapodia dan seta. Cacing ini tidak mempunyai sadel (klitelium).
Dalam daur hidupnya sebagian besar polychaeta berada dalam bentuk atoke, yaitu hewan yang belum masak secara seksual. Pada saat musim kawin, bagian tubuh tertentu membentuk gonad. Hewan yang sudah dewasa disebut epitoke. Epitoke mengandung gamet. Pembuahan terjadi di luar tubuh.
Contoh dari kelas ini adalah cacing palolo (Eunica viridis), cacing wawo (Lysidice oele), cacing kipas, Phyllodoce maculata, dan Trypanosyllis zebra.
2) Kelas Oligochaeta
Cacing ini mempunyai sedikit seta. Misalnya cacing tanah (Pheretima sp.). tubuh cacing tanah lunak dan mengeluarkan lendir untuk mempermudah gerakannya. Jika cacing ini terganggu, akan mengeluarkan cairan putih, ini merupakan cairan selom yang berfungsi untuk mempertahankan diri.
Cacing tanah bersifat hemafrodit, tetapi melakukan perkawinan silang. Kelenjar kelaminnya terletak di bawah esofagus.
3) Kelas Hirudinea
Hirudinea merupakan cacing pengisap darah. Hidupnya ada yang di air ada pula yang di darat. Tubuhnya berbuku-buku, pipih, namun jika terisi darah ukurannya membesar menjadi bulat gilik. Ada dua alat penghisap darah, satu di bagian anterior dan satu lagi di bagian posterior tubuhnya.
Jika melekat dan mengisap darah, cacing ini melakukan zat anestesi sehingga korban tidak merasa sakit. Cacing ini juga mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak membeku.
Lintah bersifat hemafrodit dan melakukan perkawinan silang.
Contoh hirudinea yaitu lintah (Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa javanica).
7. Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Jadi Filum Mollusca adalah kelompok hewan invretebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuh lunaknya itu dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang.
a. Ciri-ciri:
1) Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
2) Habitatnya di ait maupun darat
3) Merupakan hewan triploblastik selomata.
4) Struktur tubuhnya simetri bilateral.
5) Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
6) Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf
7) Organ ekskresi berupa nefridia
8) Memiliki radula (lidah bergigi)
9) Hidup secara heterotrof
10) Reproduksi secara seksual
b. Klasifikasi mollusca:
Berdasarkan bentuk, kedudukan kaki, cangkang, mantel, dan sistem syarafnya, Filum Mollusca terbagi menjadi lima kelas yaitu:
1) Polyplacophora
Polyplacophora memiliki bentuk bulat telur, pipih, dan simetri bilateral. Mulut terletak di bagian anterior tetapi tidak berkembang dengan baik. Sedangkan anusnya berada di bagian posterior. Polyplacophora tidak memiliki tentakel dan mata. Jenis kelamin terpisah. Sperma dikeluarkan oleh hewan jantan dan masuk lewat insang betina. Telur kemudiandilepaskan di laut. Contoh : Chiton sp.
2) Scaphopoda
3) Gastropoda
a. Struktur dan Fungsi Tubuh Gastropoda
Perut yang digunakan untuk berjalan memiliki otot, pada bagian depan memiliki kelenjar yang menghasilkan lender yan berfungsi mempermudah gerakan.
Kepala gastropoda terletak di depan. Di kepala terdapat sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada tentakel panjang terdapat bintik mata yang berfungsi untuk membedakan gelap dan terang. Tentakel pendek untuk indra pembau dan peraba. Gastropoda umumnya herbivore.
b. Reproduksi Gastropoda
Gastropoda bersifat hemafrodit, tetapi melakukan perkawinan silang. Sel telur dan spermatozoa dihasilkan oleh satu alat tubuh yang disebut ovotestis. Jadi, ovarium dan testis menjadi satu. Pemasakan sperma dan ovum tidak dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, hewan ini memerlukan pasangan untuk berlangsungnya perkawinan silang. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh betina.
4) Bivalvia
Bivalvia memiliki cangkang setangkup. Kedua cangkang dihubungkan dengan jaringan ikat yang bekerja sebagai engsel. Cangkang tersusun atas periostrakum, prismatik, dan nakreas. Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki terletak di bagian tengah tubuh diantara insang. Bivalvia bernafas dengan menggunakan insang.
Sistem reproduksi dari bivalvia terjadi secara fertilisasi pada tubuh induk betina. Hewan ini mempunyai jenis kelamin jantan dan betina yang terpisah tetapi ada pula yang hemafrodit. Hasil fertilisasi berupa zigot yang menetas menjadi larva. Larva ini bersilia, dapat keluar dari induknya, berenang, dan seera menempel pada insang ikan. Larva ini bersifat parasit, dapat mengakibatkan sakit pada ikan. Setelah 12 minggu, larva melepaskan dari tubuh ikan dan tumbuh dewasa.
Contoh dari bivalvia adalah kerang-kerangan antara lain Ostrea (tiram), Panope generosa (kerang raksasa), Pecten (kerang darah), Meleagrina (kerang mutiara), Anodonta (kijing), danb Corbicula (remis).
5) Cephalopoda
Disebut Cephalophoda karena hewan ini menggunakan kepala sebagai alat gerak. Alat gerak itu adalah tentakel yang terdapat di kepala. Tentakel juga berfungsi untuk menangkap makanan. Di kepala terdapat sepasang mata yang besar dan tidak berkelopak. Mata tersebut memiliki struktur seperti mata hewan tingkat tinggi. Di dekat kepala terdapat corong atau sifon. Jika sifon mengeluarkan air, maka cumi-cumi akan melesat terdorong ke depan.
Cephalophoda memiliki kelamin terpisah, jadi ada hewan jantan dan ada hewan betina. Pembuahan terjadi di dalam tubuh betina. Contoh dari cephalophoda adalah Loligo (cumi-cumi), Sepia (ikan sotong), Octopus (gurita), dan Nautilus.
8. Arthropoda
Arthropoda berasal dari kata arthros yang berarti sendi atau ruas dan podos yang berarti kaki. Arthropoda artinya hewan yang kakinya beruas-ruas atau berbuku-buku. Arthropoda memiliki rangka luar (eksoskeleton) yang berupa kutikula. Kutikula terdiri dari protikula yang tebal dan terdapat di bagian dalam, serta epikula yang tipis dan terdapat di bagian luar.
Arthropoda dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
a. Subfilum Crustacea
b. Kelas Arachnida
c. Subfilum Myriapoda
d. Subfilum Hexapoda
Perbedaan dari masing-masing kelas akan dijelaskan berikut ini :
CIRI
|
KELAS
| |||||||||||
1. Crustacea
|
2. Arachnida
|
3. Myriapoda
|
4. Insecta
| |||||||||
Tubuh
|
|
Terdiri atas 2 bagian : kepala-dada dan perut
|
|
Terdiri atas kepala, dada dan abdomen (perut)
| ||||||||
Kaki
|
1 pasang pada setiap segmen tubuh
|
4 pasang pada kepala - dada
|
1 pasang atau 2 pasang pada setiap ruas
|
3 pasang pada dada atau tidak ada
| ||||||||
Sayap
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
2 pasang atau tidak ada
| ||||||||
Antena
|
2 pasang
|
Tidak ada
|
|
1 pasang
| ||||||||
Organ Pernafasan
|
Insang atau seluruh permukaan tubuh
|
Paru-paru buku
|
Trakea
|
Trakea
| ||||||||
Tempat hidup
|
Air tawar, air laut
|
Di darat
|
Di darat
|
Di darat
|
1) Subfilum Crustacea
a. Struktur dan fungsi tubuh
a) Kepala-dada (sefalotoraks)
Tubuh crustacea terdiri dari dua bagian pokok yaitu kepala-dada yang menyatu dan badan belakang atau perut (abdomen). Setiap ruas tubuhnya terdiri dari sepasang kaki. Bagian kepala-dada dilindungi oleh kulit keras seperti tameng yang disebut karapas. Pada udang, ujung karapas memiliki tonjolan runcing bergerigi. Sedangkan pada kepiting, karapas tidak memiliki tonjolan seperti itu. Di bagian anterior terdapat sepasang mata majemuk yang bertangkai. Mata majemuk ini dapat digerak-gerakkan.
b) Badan belakang (abdomen)
Badan belakang pada udang melengkung, dan diakhiri dengan ekor. Di setiap ruas badan belakang terdapat sepasang kaki renang. Pada kepiting, badan belakang terlipat dibawah kepala-dada. Selain untuk berenang, pada udang betina kaki-kaki ini juga digunakan untunk menyimpan telurnya.
b. Sistem Reproduksi
Crustacea bersifat diesis, tidak ada yang bersifat hemafrodit. Fertilisasi internal berlangsung di dalam tubuh hewan betina. Telur yang berisi zigot menetas menjadi larva. Larva tumbuh menjadi dewasa melalui pergantian kulit berkali-kali.
2) Kelas Arachnida
a. Struktur dan fungsi tubuh Arachnida
Tubuh arachnida terbagi atas kepala-dada dan badan belakang. Antara sefalotoraks dan abdomenterdapat bagian sempit seperti pinggang, disebut pedisel. Pada bagian kepala-dada terdapat 4 pasang kaki, juga terdapat dua alat mulut, yaitu:
a) Alat sengat (chelicera) bentuknya meruncing dan ujungnya berlubang sebagai jalan keluarnya racun.
b) Alat capit (pedipalpus) berbentuk seperti gunting yang berfungsi untuk memegang mangsa.
b. Klasifikasi Arachnida
a) Ordo Scorpiones, contohnya kalajengking. Hewan arachnida biasanya memiliki anak dengan cara bertelur, namun ternyata kalajengking tidak temasuk kedalam hewan arachnida yang bertelur. Kalajengking justru seperti mamalia, melahirkan anak.
Cara beranak seperti ini dikenal dengan nama ovovivipar, yaitu telur berkembang di dalam tubuh hewan betina, janinnya memanfaatkan makanan dari induk, dan saatnya melahirkan tiba, bayinya akan keluar. Ketika melahirkan, jumlah anak yang dikeluarkan kalajengking berjumlah 12 ekor atau lebih. Mereka keluar satu per satu. Setelah semua anaknya lahir, mereka diletakkan diatas punggung induknya hingga anak-anak ini cukup besar dan kuat untuk hidup sendiri.
Cara beranak seperti ini dikenal dengan nama ovovivipar, yaitu telur berkembang di dalam tubuh hewan betina, janinnya memanfaatkan makanan dari induk, dan saatnya melahirkan tiba, bayinya akan keluar. Ketika melahirkan, jumlah anak yang dikeluarkan kalajengking berjumlah 12 ekor atau lebih. Mereka keluar satu per satu. Setelah semua anaknya lahir, mereka diletakkan diatas punggung induknya hingga anak-anak ini cukup besar dan kuat untuk hidup sendiri.
b) Ordo Araneae, contohnya laba-laba (Araneus) dan Kemlanding (Neptila). Cara reproduksinya yaitu, laba-laba jantan memintal kantong kecil untuk meletakkan setitik sperma. Kantong berisi sperma disimpan diruang khusus pada pedipalpus. Pada saat kawin, laba-laba jantan memasukkan pedipalpusnya ke dalam tubuh betina dan meletakkan kantong berisi sperma ke reseptakel semen di dalam tubuh betina. Laba-laba betina meletakkan telur yang telah dibuahi di dalam kokon. Kokon mengandung ratusan telur. Telur akan menetas dalam 2 minggu.
c) Ordo Acarina, contohnya adalah caplak (Sarcoptes scabies) dan tungau (Dermacentor). Proses reproduksi pada tungau dan caplak bervariasi. Siklus hidup yang dijalaninya berupa: telur-larva-nimpha-tungau/caplak dewasa. Larva tungau dan caplak hanya memiliki 3 pasang kaki. Larva caplak, setelah makan darah, akan tumbuh menjadi nimpha yang memiliki 4 pasang kaki.
3) Subfilum Myriapoda
Myriapoda berarti hewan berkaki banyak, sering ditemukan di dalam tanah dan permukaan tanah, terutama di daerah yang banyak mengandung sisa tumbuhan. Tubuhnya beruas-ruas banyak.
Klasifikasi Myriapoda:
a) Kelas diplopoda, contohnya dalah keluwing.
Tubuhnya berbentuk silinder. Setiap segmen toraks hanya mempunyai sepasang kaki dan setiap segmen abdomen mempunyai dua pasang kaki dan dua pasang spirakel. Sistem reproduksinya berupa fertilisasi internal, yaitu dengan pertemuan antara ovum dan sperma. Keluwing umumnya herbivora dan bersifat ovipar.
b) Kelas Chilopoda, contohnya adalah kelabang.
Tubuhnya agak pipih. Setiap segmen mempunyai sepasang kaki, kecuali pada 1 segmen di belakang kepala dan 2 segmen terakhir. Segmen pertama mengalami modifikasi membentuk cakar beracun. Di kepala terdapat sepasang mata. Jenis kelamin terpisah dan bersifat ovipar.
4) Subfilum Hexapoda
Hexapoda berarti memiliki kaki yang berjumlah enam. Akan tetapi, tidak semua anggotanya selalu berkaki enam. Contoh hexapoda adalah Insecta.
Klasifikasi Insecta:
a) Subkelas Apterygota, ciri-cirinya sulit dibedakan mana bagian kepala, dada, perut, tidak bersayap, dan memiliki ekor panjang. Tidak bermetamorfosis. Contohnya adalah kutu buku (Lepisma).
b) Subkelas Pterygota, memiliki sayap. Dibagi menjadi:
a. Ordo Odonata, mempunyai dua pasang sayap yang tidak dapat dilipat. Sayap depan dan belakang hampir sama. Tipe mulutnya mengunyah atau menggigit. Seranggaa ini mempunyai mata faset yang besar. Abdomennya memanjang. Metamorfosis tidak sempurna. Telur diletakkan di dalam air, nimfa menetas dan hidup di dalam air, contohnya capung.
b. Ordo Orthoptera, mempunyai dua pasang sayap yang bentuknya lurus. Sayap depan lebih tebal dan sayap belakang lebih tipis. Mulutnya tipe mengunyah. Metamorfosis tidak sempurna. Contohnya: belalang sembah (Stagmomantis), orong-orong (Grylotalpa), jangkrik (Acheta Domestica), dan belalang kayu (Amblycorypha).
c. Ordo Isoptera, disebut isoptera karena semua sayapnya sama. Mulutnya tipe mengunyah. Contohnya adalah Laron. Laron adalah fase dewasa sedangakan fase larva berupa rayap.
Laron merupakan generasi yang fertil dan rayap merupakan generasi steril. Generasi fertil merupakan hasil reproduksi seksual, yaitu hasil pembuahan ovum dan sperma. Sedangkan telur yang tidak dibuahi akan tetap menetas menjadi rayap.
d. Ordo Hemiptera dan Homoptera, mempunyai dua pasang sayap, sayap depan keras di bagian pangkalnya. Mulut bertipe menusuk dan mengisap. Metamorfosis tidak sempurna. Contohnya adalah kutu busuk (Cimex), walang sangit (Leptocorisa acuta), lembing coklat (Podops vermiculata), kutu daun (Aphid), dan kutu kepala (Pediculus humanus).
e. Ordo Coleoptera, mempunyai dua pasang sayap, sayap depannya tebal seperti perisai, sayap belakang tipis. Tipe mulut menggigit. Metamorfosis sempurna. Kepompong tidak dibungkus kokon.
Contohnya adalah kepik air (Dysticus marginalis), kepik tepung, kepik kelapa, dan kepik emas (Coccinela sp.)
f. Ordo Lepidoptera, mempunyai dua pasang sayap bersisik warna-warni. Tipe mulut mengisap. Metamorfosis sempurna. Larva berkembang menjadi pupa atau kepompong. Pupa mengalami ekdisis menjadi imago atau hewan dewasa. Contohnya dalah ngengat dan kupu-kupu.
g. Ordo Diptera, memiliki sepasang sayap yang tipis. Metamorfosisnya sempurna. Tipe mulutnya menusuk. Contohnya nyamuk, larva nyamuk hidup di dalam air berupa jentik-jentik.
Contoh lain dari ordo ini adalah lalat yang memiliki tipe mulut menjilat. Larvanya tidak berkaki dan sering disebut belatung.
h. Ordo Siphonaptera, tidak bersayap, tubuhnya pipih lateral, berkaki pendek dan kuat untuk melompat. Bermata tunggal. Tipe mulut menusuk dan mengisap. Contohnya adalah kutu anjing, kutu kucing (Clenocephalus felis), dan kutu tikus (Xenopsylla cheopsis).
i. Ordo Hymenoptera, mempunyai dua pasang sayap yang berupa selaput tipis. Mulutnya bertipe menggigit. Metamorfosisnya sempurna. Contohnya adalah lebah madu (Apis cerana) dan semut.
9. Echinodermata
Echinodermata berasal dari kata echinos yang berarti duri dan dermal yang berarti kulit. Jadi, Echinodermata adalah hewan yang mempunyai kulit berduri. Anggota Echinodermata semuanya hidup di laut.
Echinodermata memiliki kulit keras yang terbuat dari zat kapur atau kitin. Pada permukaan kulitnya terdapat duri-duri. Tubuhnya simetri radial yang berarti jika dipotong secara radial atau berdasarkan jari-jari, maka akan terbentuk bagian tubuh yang simetris.
Mulutnya terletak di bawah, sedangkan anus di atas. Keistimewaan hewan ini adalah mempunyai susunan tubuh lipat lima dan sistem saluran air. Sistem saluran air sering disebut sebagai sistem ambulakral yakni berupa saluran air dari madeporit menuju ke kaki. Air dapat keluar masuk melalui sistem ini. Sistem ini digunakan untuk bergerak, bernafas, dan membuka mangsanya.
Echinodermata memiliki jenis kelamin terpisah. Jadi, ada yang jantan dan betina. Fertilisasi terjadi di dalam air, di luar tubuh. Zigot berkembang menjadi larva bersilia yang disebut bipinnaria. Larva berenang, dan pada tempat yang cocok tumbuh menjadi dewasa. Echinodermata mempunyai daya regenerasi yang tinggi. Jika lengan terpotong, potongan lengan itu dapat terbentuk kembali hingga jumlah lengannya selalu lima.
Hewan Echinodermata berdasarkan bentuk tubuhnya dapat dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea, dan Holoturoidea.
a. Asteroidea
Asteroidea sering disebut bintang laut. Sesuai dengan namanya itu, jenis hewan ini berbentuk bintang dengan 5 lengan. Di permukaan kulit tubuhnya terdapat duri-duri dengan berbagai ukuran. Hewan ini banyak dijumpai di pantai. Ciri lainnya adalah alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan. Mulut terdapat di permukaan bawah atau disebut permukaan oral dan anus terletak di permukaan atas (permukaan aboral). Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada permukaan oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula madreporit. Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin. Contoh anggota asteroidea adalah Astropecten irregularis, Crossaster supposus, dan Culeitin.
b. Echinoidea
Ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini memakan bermacam-macam makanan laut, misalnya hewan lain yang telah mati, atau organisme kecil lainnya. Alat pengambil makanan digerakkan oleh otot yang disebut lentera arisoteteles. Sedangkan anus, madreporit dan lubang kelamin terdapat di permukaan atas.
c. Ophiuroidea
Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan oral. Hewan ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam. Biasanya bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di lumpur/pasir. Ia sangat aktif di malam hari. Makanannya adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
d. Crinoidea
Sekilas hewan ini mirip tumbuhan bunga. Ia memiliki tangkai dan melekat pada bebatuan, tak beda seperti tumbuhan yang menempel di bebatuan. Ia juga memiliki 5 lengan yang bercabang-cabang lagi mirip bunga lili. Oleh karena itu hewan ini sering disebut lili laut (Metacrinus sp).
Ciri lainnya mulut dan anus hewan ini terdapat di permukaan oral dan tidak mempunyai madreporit. Hewan ini sering ditemukan menempel dengan menggunakan cirri (akar) pada bebatuan di dasar laut. Ia juga bisa berenang bebas, sehingga jika lingkungan tidak menguntungkan akan pindah dan menempel pada tempat lain. Jenis lainnya adalah Antedon tenella, dengan tubuhnya kecil-kecil, bentuk piala disebut calyx (kaliks) tanpa tangkai.
e. Holoturoidea
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia mengkerut.
B. Vertebrata
Vertebrata adalah hewan yang mempunyai tulang belakang. Tulang belakang adalah tulang yang beruas-ruas dan berderet dari leher sepanjang punggung sampai ekor. Sumsum tulang belakang yang terdapat dalam ruas-ruas tulang belakang dan otak merupakan susunan saraf pusat. Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak di memiliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam memenuhi kebutuhannya, hewan vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya.
Ciri-ciri tubuh hewan yang bertulang belakang :
1. Mempunyai tulang yang terentang dari balakang kepala sampai bagian ekor.
2. Mempunyai otak yang dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak.
3. Tubuh berbentuk simetris bilateral.
4. Mempunyai kepala, leher, badan dan ekor walaupun ekor dan leher tidak mutlak ada contohnya pada katak.
Ciri alat tubuh hewan yang bertulang belakang sebagai berikut :
1. Mempunyai kelenjar bundar, endoksin yang menghasilkan hormon untuk pengendalian. Pertumbuhan dan proses fisiologis atau faal tubuh.
2. Susunan saraf terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang
3. Bersuhu tubuh panas dan tetap (homoiternal) dan bersuhu tubuh dingin sesuai dengan kondisi lingkungan (poikiloternal)
4. Sistem pernapasan/terpirasi dengan paru-paru (pulmonosum) kulit dan insang operculum
5. Alat pencernaan memanjang mulai dari mulut sampai ke anus yang terletak di sebelah vertran (depan) dan tulang belakang
6. Kulit terdiri atas epidermis (bagian luar) dan endodermis (bagian dalam)
7. Alat reproduksi berpasangan kecuali pada burung, kedua kelenjar kelamin berupa ovalium dan testis menghasilkan sel tubuh dan sel sperma
Berdasarkan penutup tubuh, alat gerak dan cara berkembang biak Vertebrata dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu ikan (Pisces), katak (Amphibia), hewan melata (reptilia), burung (Aves), dan hewan menyusui (mamalia).
1. Ikan (Pisces)
Ikan merupakan hewan yang hidup di dalam air. Ada yang hidup di air tawar, air payau, dan ada juga yang hidup di air laut. Untuk memudahkan geraknya, tubuh ikan diselimuti oleh sisik yang berlendir. Ikan bergerak dengan menggunakan sirip. Sirip terdiri atas sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip belakang, dan sirip ekor. Selain itu, ikan juga mempunyai gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air. Ikan bernapas dengan insang yang dilindungi oleh tutup insang yang disebut operkulum. Ikan bersifat poikiloterm atau berdarah dingin. Suhu tubuhnya dapat berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Ikan berkembang biak dengan bertelur dan pembuahannya terjadi di dalam air, di luar tubuh induknya. Pembuahan di luar tubuh induk disebut dengan pembuahan eksternal.
2. Katak (Amphibia)
Katak merupakan hewan yang dapat hidup di darat dan di air. Katak muda hidup di air dan bernapas dengan insang. Katak dewasa hidup di darat dan bernapas menggunakan paru-paru. Ketika katak dewasa akan bertelur, katak tersebut akan menuju air untuk mengeluarkan telur-telurnya. Katak mempunyai kulit yang selalu basah untuk membantu pernapasannya karena kulit yang selalu basah ini banyak mengandung pembuluh darah sehingga dapat membantu oksigen berdifusi melalui kulitnya. Katak bergerak dengan keempat kakinya. Selain itu, katak juga mempunyai selaput pada jari-jari kakinya yang digunakan untuk berenang. Katak berkembang biak dengan bertelur. Pembuahannya terjadi secara eksternal. Pertemuan antara sel telur dan sperma terjadi di dalam air. Katak mengalami metamorfosis dari zigot-embrio-kecebong-katak kecil-katak dewasa.
Amphibi terbagi menjadi tiga ordo, yaitu:
1) ordo Urodela, contohnya, Salamander (katak berekor),
2) ordo Anura, contohnya, katak hijau (Rana pipiens) dan katak darat (Bufo terrestris), dan
3) ordo Apoda (Salamander tidak berkaki), contohnya, Ichthyosis glutinous.
3. Hewan Melata (Reptilia)
Reptilia adalah hewan darat yang dapat hidup di air. Hewan ini bernapas dengan paru-paru. Kulit reptilia sangat keras, kering, dan bersisik. Kulit reptil yang keras disebabkan adanya zat kapur (zat kitin) seperti pada kura-kura. Hewan ini berdarah dingin, bergerak dengan menggunakan perut (melata), seperti ular dan ada juga yang menggunakan keempat kakinya, seperti buaya, komodo, biawak, kadal, dan penyu.
Gambar 9.33 Anggota Reptilia (a) kura-kura, (b) buaya, dan (c) ular piton
Reptilia berkembang biak dengan bertelur dan ada juga yang bertelur dan beranak. Pembuahan terjadi dalam tubuh induk betina (internal).
Reptilia dibagi menjadi empat ordo, yaitu:
a. Ordo Ophidia (bangsa ular), contohnya ular pohon, ular piton, dan ular sawah.
b. Ordo Crocodilia (bangsa buaya), contohnya buaya dan aligator.
c. Ordo Lacertilia (bangsa kadal), contohnya kadal, komodo, bunglon, biawak, dan tokek.
d. Ordo Chelonia ( bangsa kura-kura), contohnya kura-kura dan penyu.
4. Burung (Aves)
Aves mempunyai bagian tubuh berupa ekor, badan, leher, dan kepala. Ciri yang paling terlihat adalah adanya bulu yang menutupi seluruh tubuhnya. Bulu-bulu tersebut, selain untuk terbang, juga berfungsi untuk menghangatkan tubuhnya. Ada tiga jenis bulu yang dimiliki oleh burung, antara lain, plumae, yaitu bulu yang langsung menempel pada batang bulu, plumulae, yaitu cabang dari plumae, dan filoplumae, yaitu helaian bulu yang paling halus yang merupakan cabang dari plumulae.
Burung mempunyai sayap untuk terbang, bernapas dengan paru-paru, mempunyai pundi-pundi udara yang berfungsi untuk menyimpan udara pada waktu terbang, berdarah panas, dan mempunyai suhu yang tetap. Burung berkembang biak dengan bertelur. Pembuahan terjadi di dalam induk betinanya (internal). Contoh Aves adalah berbagai jenisburung dan ayam.
5. Hewan Menyusui (Mamalia)
Ciri-ciri hewan ini adalah tubuhnya yang ditumbuhi rambut dan mamalia betina memiliki kelenjar susu untuk menyusui anaknya. Hewan ini bernapas dengan paru-paru. Ada yang bergerak dengan sepasang tungkai depan dan sepasang tungkai belakang. Ada yang bergerak dengan sepasang tungkai depan dan sepasang tangan serta ada juga yang bergerak dengan sepasang tungkai depan yang menyerupai sirip.
Suhu tubuhnya tetap, tidak terpengaruh oleh perubahan suhu di lingkungannya, berdarah panas, dan ujung jari berbuku. Sebagian besar hidup di darat meskipun ada juga yang hidup di laut, seperti ikan paus dan lumba-lumba. Mamalia mempunyai tiga macam gigi, yaitu gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham.
Mamalia berkembang biak dengan melahirkan anaknya. Pembuahan terjadi di dalam tubuh mamalia betina, tepatnya di dalam saluran telur (oviduct). Hasil pembuahannya berupa zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio di dalam rahim betina dan mengalami perkembangan dari embrio menjadi bayi yang siap dilahirkan. Bayi dilahirkan oleh induknya melalui vagina.
Mamalia mempunyai kelenjar susu, perkembangan otak paling sempurna, merupakan golongan hewan menyusui, dan homoiterm (berdarah panas). Alat geraknya berupa kaki, sedangkan yang hidup di air berupa sirip. Mereka bernapas dengan paru-paru dan peredaran darahnya tertutup. Tubuh atau kulitnya ditumbuhi rambut dan menghasilkan kelenjar keringat.
Gambar 9.35 Anggota kelompok mamalia
(a) sapi, (b) kambing, dan (c) kelinci
Beberapa ordo anggota kelas mamalia, antara lain, sebagai berikut.
a. Monotremata
Ordo ini merupakan mamalia bertelur dan kelenjar susunya tidak dilengkapi dengan puting susu. Contohnya, Platypus, Tachyglossus sp. (echidna), dan Ornithorynchus sp. (cungur bebek).
b. Masupialia
Masupialia merupakan hewan berkantong, bersifat vivipar (melahirkan anak), dan tidak mempunyai plasenta. Contohnya, Macropus sp. (kanguru) dan koala.
c. Insectivora
Insectivora merupakan mamalia pemakan serangga, mempunyai banyak gigi serta memiliki mulut yang panjang dan mudah digerakkan. Tubuhnya mempunyai kelenjar yang menghasilkan bau tidak sedap. Contohnya, Suncus marinus (tikus celurut).
d. Chiroptera
Chiroptera merupakan mamalia bersayap. Sayap berasal dari selaput yang menghubungkan jari kaki depan dan belakang. Aktif pada malam hari. Contohnya, Rhinolophus affinis (kelelawar) dan Pteropus vampyrus (kalong).
e. Rodentia
Rodentia termasuk dalam kelompok mamalia pengerat. Gigi seri tumbuh pada rahang bawah dan berbentuk seperti pahat. Taring dan beberapa geraham depan tidak tumbuh.Contohnya, Rattus sp. (tikus) dan Cavia cobaya (marmut).
f. Carnivora
Mamalia pemakan daging. Gigi seri kecil, tetapi gigi taring berkembang biak. Geraham depan bentuknya sesuai untuk memotong makanan.Contohnya, Canis familiaris (anjing), Felis tigris (harimau), Canis lupus (serigala), dan Paradous sp. (musang).
g. Proboscidae
Gigi serinya termodifikasi menjadi gading. Bibir atas dan hidungnya berubah menjadi belalai. Contohnya, Elephas sp. (gajah).
h. Primata
Mamalia berderajat paling tinggi. Mata menghadap ke depan, ibu jari dan kaki berkembang baik. Contohnya, Troglodytes sp. (simpanse), sGorilla gorilla (gorila), Simia satyrus (orangutan), dan Homo sapiens.
C. Reproduksi Hewan
1. Reproduksi Pada Hewan Invertebrata
Bisa terjadi secara seksual (melibatkan sel kelamin) maupun aseksual (tidak melibatkan ).
a. Reproduksi aseksual/ vegetative meliputi :
1) Fragmentasi yaitu pemisahan salah satu bagian tubuh yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contohnya Planaria sp dan Asterias sp.
2) Budding/ tunas/ gemmulae yaitu pembentukan tonjolan pada salah satu bagian tubuh hewan dan adapat berkembang menjadi individu baru. Contohnya hewan Acropora sp dan Euspongia sp.
3) Fisi yaitu pembelahan sel pada sel induk dan hasilnya akan berkembang menjadi individu baru. Dibedakan menjadi 2 yaitu pembelahan biner, contohnya pada Bakteri dan pembelahan multiple paada Virus.
4) Sporulasi yaitu dengandibentuknya spora pada sel indukdan akhirnya spora akan berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada Plasmodium sp.
5) Parthenogenesis yaitu terbentuknya individu baru melalui sel telur yang tanpa dibuahi. Contohnya lebah madu jantan, semut jantan dan belalang.
6) Paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/nimpha. Contohnya pada Class Trematoda/cacing isap yaitu Fasciola hepatica dan Clonorchis sinensis.
b. Reproduksi seksual/ generative meliputi:
1) Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami spesialisasi sex. Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami). Contohnya pada Paramaecium sp.
2) Fusi yaitu persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat dibedakan jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
· Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya pada Phyllum Protozoa.
· Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan bentuknya sama. Contohnya Chlamydomonas sp.
· Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak sama. Contohnya pada Hydra sp. .
Pembiakan seksual lainnya dapat kita temukan pada:
a. Hydra
Selain berkembang biak secara aseksual (bertunas) Hydra juga dapat berkembang biak secara seksual. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan pembentukan testis dan ovarium, yang terdapat pada satu tubuh (hermafrodit). Alat tersebut masing-masing menghasilkan spermatozoid dun ovum. Hasil pembuahannya adalah zigot yang selanjutnya akan berkembang menjadi hewan baru.
b. Cacing pita
Tubuh cacing pita terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Pada setiap proglotid terdapat ovarium yang menghasilkan ovum dan testis yang menghasilkan sel sperma. Bila sel telur dan sel sperma sudah masak, maka terjadilah pembuahan didalam proglotid yang menghasilkan zigot.
c. Cacing tanah
Dalam tubuh cacing tanah terdapat beberapa segmen yang kulitnya menebal disebut klitelum. Dalam segmen tersebut terdapat testis yang membentuk spermatozoid, dan ovarium yang membentuk ovum. Walaupun ovum dan spermatozoid terdapat dalam satu tubuh, cacing tanah tidak pernah mengadakan pembuahan sendiri, tetapi melakukan perkawinan dengan mempertukarkan spermatozoid (perkawinan silang).
d. Serangga
Pada beberapa jenis serangga, misalnya lebah madu (Apis indica), terdapat koloni yang terdiri atas ratu yang fertil, pejantan fertil dan mati setelah kawin, dan pekerja yang mandul (steril). Pada waktu kawin, sperma dari jantan disimpan dalam kantung sperma di induk betina. Sperma ini merupakan cadangan sperma selama ratu hidup. Bila telur yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan berkembang menjadi calon ratu, calon pekerja atau prajurit, sedangkan yang tidak dibuahi (partenogenesis) akan berkembang menjadi pejantan. Lebah pekerja dan prajurit menjadi mandul (streril) karena pengaruh lingkungan, yaitu kurang makan.
2. Reproduksi pada Vertebrata
Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui peleburan antara ovum dan spermatozoid. Pembuahan pada vertebrata dapat terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh. Bila terjadi di luar tubuh disebut fertilisasi eksterna, misalnya pada ikan dan katak. Bila pembuahannya terjadi di dalam tubuh disebut fertilisasi interna. Misalnya pada reptilia, burung, dan hewan menyusui.
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan atas:
a. Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan dalam telur. Misalnya ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia.
b. Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan embrio berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok hewan ovovivipar tidak mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur tetapi tetap berada di dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh induknya tampak seperti melahirkan. Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis ular.
c. Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan hewan menyusui lainnya.
Beberapa hewan yang bereproduksi dengan vertebrata adalah sebagai berikut:
a. Ikan
Ikan termasuk hewan yang bersifat ovipar. Ikan tidak mempunyai organ perkawinan. Pembuahan terjadi diluar tubuh, yaitu di dalam air. Sekali bertelur ikan mampu menghasilkan ribuan telur yang tidak dilindungi oleh cangkang. Telur yang telah dibuahi selanjutnya ada yang dibiarkan terapung-apung dalam air, ada yang ditempatkan dalam sarang dan dijaga oleh induknya, ada yang ditempelkan pada tanaman dalam air, serta ada pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk betinanya seperti pada mujaer.
b. Amfibi
Seperti pada ikan, katak juga bertelur dengan fertilisasi eksternal. Telur yang telah dibuahi akan bergerombol dipermukaan air. Setelah enam hari telur akan menetas menghasilkan berudu atau kecebong. Berudu hidup di dalam air dan bernafas dengan insang. Setelah mengalami metamorfosis selama 1- 3 bulan, ia akan berubah bentuk menjadi katak. Pada umur satu tahun katak telah menjadi dewasa.
c. Reptilia
Ada yang meletakkan telur (ovipar) dan ada pula yang bersifat ovovivipar. Pembuahan terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Telur dilindungi oleh cangkang. Telur yang dikeluarkan ada yang disembunyikan didalam pasir, di dalam lumpur, ada yang dierami. Pada kadal telurnya menetas di dalam tubuh (ovovivipar).
d. Aves
Fertilisasi internal dengan kloaka. Semua jenis burung bereproduksi dengan cara bertelur (ovipar). Ada burung yang mengerami telurnya, ada yang menyimpannya dalam lubang-lubang yang ditutupi daun, ada pula yang menyimpan telurnya didalam pasir. Seekor burung sekali musim hanya mampu bertelur beberapa butir saja. Pada burung merpati, sekali musim bertelur mengeluarkan 2 butir telur yang akan menetas menghasilkan burung jantan dan betina. Embrio yang berkembang dalam cangkang mendapat makanan dari cadangan makanan yang tersimpan dalam telur tersebut.
e. Mamalia
Fertilisasi intemal, karena telah memiliki organ reproduksi sempurna. Kecuali golongan hewan berparuh bebek (Platypus), semua hewan menyusui selalu melahirkan (vivipar). Telur mamalia kecil dan mengandung sedikit cadangan makanan. Embrio mendapat makan dari rahim induknya melalui plasenta.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kingdom animalia meliputi organisme mulai dari filum Porifera sampai dengan filum Chordata. Anggota kingdom mulai dari Porifera sampai Echinodermata dikelompokkan sebagai satu kelompok non taksonomik yang disebut avetebrata. Avetebrata artinya hewan yang tidak mempunyai tulang belakang.
Hewan-hewan yang memiliki penyangga tubuh bagian belakang (dorsal) dalam bentuk sederhana ataupun dalam wujud tulang belakang dimasukkan ke dalam filum Chordata. Subfilum vetebrata beranggotakan hewan-hewan yang memiliki tulang belakang di bagian badan belakang.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengenal ciri-ciri hewan serta mengidentifikasi, membedakan, dan mengkomunikasikan karakteristik berbagai filum anggota dunia hewan.
Pembaca juga diharapkan mampu mencari sumber alternatif pemanfaatan hewan bagi perkembangan sains, tekhnologi, dan lingkungan pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Sulistiyirini, Ari. 2009. Biologi 1 untuk Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah kelas X. Jakarta : PT. Balai Pustaka.
http://masterbiologi.com/ciri-dan-klasifikasi-arthropoda/#ixzz2OzsHUGv9. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.
http://www.min-sukoharjo.sch.id/berita-118-klasifikasi-hewan.html. Di akses pada tanggal 31 Maret 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)